27 Maret 2009, untuk pertama kalinya mencium segarnya aroma pepohonan pinus dan memanjakan mata dengan pemandangan indah khas kompleks "Taman Nasional Bromo Tengger Semeru".
Menghela nafas yang agak sesak, mungkin karena menipisnya kadar oksigen terbayar lunas dengan suasana sunrise di puncak Gn. Penanjakan (+/- 2700 mdpl). Hangatnya sinar matahari, sekejap menghangatkan badan yang sebelumnya dingin (kaya di dalem kulkas).
Dari sedikit gambaran suasana indah dipuncak penanjakan, pasti ada usaha untuk mencapai kesana, nah justru disini yang ceritanya lebih heboh dan seru (konyol sih lebih tepatnya).
Jadi ceritanya begini, pada suatu hari (lah jadi kaya dongen anak TK, tapi ga' apalah) pada tanggal 26 Maret 2009, saya bersama dengan geng yang biasanya mereka sebut 'AREK Z' (anak2 yang otaknya beZet sih aslinya) yang pasukannya terdiri dari saya sendiri (Benny), Anhar, Rohman, Indra 'Tower', Adhan, Muclis 'obeng' dan Bang SATria berencana menikmati liburan ditanggal 26 Maret yang besoknya kebetulan juga hari kejepit (soalnya sabtu di ITS ga ada kuliah), singkat kata, setelah perdebatan sengit (kaya debat capres aja) para pasukan sepakat kalo tujuan liburan adalah Gn. Bromo.
Setelah tujuan didapat, kebodohan pertama sudah terlihat, soalnya pada ga ada yang tahu jalan menuju Bromo, cuma si Rohman dan Muclis yang sedikit tau/inget (sok tau juga sih kayaknya, hehe), tapi ya udahlah, ga masalah yang penting nanti bisa tanya-tanya orang (expektasi pertama).
Pukul 22.00 WIB, rombongan bergegas berangkat menuju bromo, biar ga ketinggalan sunrise dipuncak Penanjakan. Pada saat diperjalanan, tepatnya di bundaran Alohan (Kab. Sidoarjo) rombongan berhenti sejenak untuk menunggu salah seorang teman dari Wicak. Setelah sekitar 30 menit menunggu, akhirnya orang yang dimaksud datang juga (jreng-jreng), perkenalan singkat pun terjadi, dan akhirnya rombongan tahu nama seseorang teman baru tadi, yaitu Kristi. Setelah perkenalan, Tim pun melanjutkan perjalanan.
Diperjalanan, Muchlis memberitahukan jika ada salah satu teman sekelas (bernama Misbahul Choir) mengajak untuk singgah dirumahnya, sekedar untuk mampir dan beristrirahat. Rumah seorang teman itu berada di kecamatan Gempol Kab. Pasuruan tepatnya di simpang tiga setelah jembatan kali porong (setelah lokasi lumpur lapindo). Sampai dirumah Misbah, ternyata Tim sudah disambut dengan makanan yang manteblah untuk ngisi perut malem-malem, tak tunggu lama, Tim pun dengan sigap dan ganas menyantap semua makanan yang disajikan sampai tak bersisa (wajar, namanya juga anak kos, suka khilaf kalo liat makanan). Setelah perut cukup membesar karena penuh makanan, tim memutuskan untuk beristirahat sebentar sambil "nurunin makanan".
Tepat pukul 24.00, tim melanjutkan perjalanan, daerah yang dituju adalah daerah Ngopak (Kab. Probolinggo) yang merupakan salah satu alternatif jalan menuju Penanjakan. Sampai dipersimpangan Ngopak, tim lansung melanjutkan perjalanan mengikuti rute jalan yang ada, diawal perjalanan, masi terlihat rumah-rumah penduduk, namun setelah sekitar 1 jam perjalanan, rumah penduduk mulai berkurang dan yang ada hanya hutan pinus yang ada di kana-kiri jalan. Saat tim mulai ragu pada rute yang dilalui (karena memang keadaan saat itu sangat gelap dan sepi), tim bertemdengan sebuah desa yang banyak terdapat rumah penduduk. Namun ada satu keganjilan yang dirasakan oleh seluruh anggota tim, dalam hati saya bertanya "desa segede ini kok sepi banget dan ga ada lampu yang menyala?", sejenak tim berhenti dan wicak mencoba menjelajadi sekitar desa dan hasilnya tetap, tidak ada satupun tanda-tanda ada warga yang beraktifitas, dengan masih ada rasa penasaran, tim memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Sekitar 1 jam perjalanan, tim menemui banyak antrian kendaraan baik motor dan mobil yang cukup panjang, seluruh anggota tim penasaran karena setelah setengah jam ditunggu, belum ada tanda-tanda pergerakan dari kendaraan. Akhirnya beberapa anggota tim mencari tau apa yang menjadi penyebab terjadinya antrian yang panjang ini. Setelah beberapa saat, akhirnya beberapa anggota yang mencari tau kembali dan sambil tertawa, dan salah satu orang berkata "ini wayah e nyepi, makane sepi" (ini waktunya nyepi, makanya sepi), semua anggota tim lupa bahwa harti itu tanggal 26 Maret 2009 adalah hari Raya Nyepi, karena mayoritas warga Tengger beragama Hindu.
Setelah sekitar pukul 04.00 WIB, portal yang menjadi penyebab antrian panjang tadi dibuka, tim pun melanjutkan perjalanan menuju Puncak Penanjakan. Di Lokasi sudah banyak orang yang berkumpul, mulai dari wisatawan domestik maupun manca negara (alias Bule), sambil menunggu seluruh anggota pun berkumpul sambil berbincang-bincang dan menyeruput minuman hangat, sampai akhirnya penantian akan sunrise pun terbayar.
Matahari mulai bangun dari tidurnya yang lelap |
Wajah-wajah pasrah menunggu sunrise diselimuti dinginnya Gn. Penanjakan |
Bang SATria menikmati sunrise (biasa aja mukanya bang) |
Menikmati hangatnya sinar Matahari |
Rohman menunjuk Gn. Batok yang bersebelahan dengan Gn. Bromo |
Perjalanan dari Penanjakan menuju Gn. Bromo (Lautan Pasir) |
Pose dulu sebelum balik ke Surabaya |
Setelah puas menikmati sunrise, tim pun memutuskan untuk turun menuju Gn. Bromo, dan istirahat sejenak dan bersiap kembali menuju Surabaya.
Satu hal yang menjadi kenangan sekaligus menjadi awal mula saya menyukai alam pegunungan dan rasanya selalu ingin kembali menikmati indahnya pemandangan Gn. Bromo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar