Kamis, 11 September 2014

Pendakian Perdana (Gn. Wlirang 3156mdpl)


     Pertama kali menantang dinginnya malam, melawan rasa capek dan dingin. Untuk menghirup segarnya udara pagi di gunung.

     25 Mei 2009, saya dan 7 teman saya berencana untuk mencoba mendaki ke Gn. Wlirang. Lokasi gunung Wlirang berada didaerah perbatasan antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Mojokerto jawa timur. Ini adalah pendakian pertama dalam hidup saya, pertama kalinya saya mencoba menaklukan gunung.
     Malam sebelumnya (24 Mei) kami mulai merencanakan apa saja perlengkapan yang dibawa dan mengechek semua kebutuhan, perlengkapan yang dibawa mulai dari sepatu, pakaian, jaket, senter, sarung tangan, penutup kepala, obat-obatan dan makanan untuk 3 hari. Setelah semuanya lengkap, kami pulang masing-masing untuk istirahat agar besok stamina kembali fit.
     Keesokan harinya, tepat pukul 8.00 pagi, kami berkumpul di kos-koas salah satu dari kami, yaitu kos dari si Rohman. Sebelum berangkat kami melakukan crosschek lagi terhadap semua bawaan, agar tak ada yang tertinggal. Setelah pengecekan selesai, kami berdoa dan menyempatkan berfoto bersama.
Sebelum berangkat

     Setelah prosesi poto selesai, saya dan lainnya langsung berangkat menuju Pos Perijinan Pendakian Gn. Wlirang-Arjuno diwilayah Tretes, Jawa Timur. Kami berangkat menggunakan 4 sepeda motor melalui sidoarjo. Rute menuju Pos Perijinan yaitu melalui jalur Surabaya-Malang, setelah melewati masjid Cheng Ho terdapat simpang 4, lalu belok kanan, setelah itu bertemu simpang 3 dan ambil belok ke kiri, tersu saja ikuti jalan sampai bertemu pada pos Perijinan. Kira-kira seperti ini kantornya
Pos Perijinan Pendakian (ini foto saya ambil dari google, karena kebetulan saat itu tidak sempat memfoto Pos ini) Sumber
     Dipos kami melakukan registrasi, pengecekan kelengkapan, disini kami ditanya oleh petugas, kira-kira berapa hari kami akan mendaki pulang/pergi, disini kami mengatakan sekitar 4 hari. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi apabila ada hal yang berbahaya, jika dalam waktu 4 hari kami belum turu, maka tim SAR akan mencari kami (dikhawatirkan terjadi masalah pada tim kami).
     Setelah proses registrasi selesai kami pun bersiap melanjutkan perjalanan, namun seperti biasa, kami pose dulu sebelum berangkat.
Pose dulu sebelum lemas, mumpung masi belum keringetan
     Trek pertama kami disuguhkan dengan jalan berbatu, namun masi cukup landai dan belum menguras tenaga, dan setelan kira-kira 1/2 jam, trek berubah menjadi jalan beton (seperti jalan gang) namun dengan kemiringan yng cukup menanjak.
Capek Om Radhi ?
     Setelah perjalanan selama +/- 2 jam, kami sampai di pos pertama. Pos ini tidak tampak seperti pos pada umumnya, pos ini hanya seperti gubuk dan itu pun sudah cukup rusak, sebenarnya ini bukan pos, namun hanya tempat istirahat, namun banyak pendaki yang menyebutnya POS 1.
     Dari Pos 1, perjalanan dilanjutkan menuju Pos 2 atau biasa disebut "Kop Kopan" yang artinya tempat minum (kalo tidak salah), soalnya tilokasi tersebus ada sumber mata air yang biasa digunakan untuk merefill ulang persediaan air pendaki. Di Pos 2 juga banyak terdapat makam-makam tua, namu saya kurang tau siapa saja yg dimakamkan disana. Di Pos 2 juga terdapat tanah lapang yang cukup luas yang biasa digunakan untuk beristirahat atau "ngecamp" (bermalam) para pendaki, karena tempat ini memiliki pemandangan yang eksotis ketika malam hari, dari sana dapa terlihat kerlap-kerlip lampu kota Batu dan Malang.
     Setelah melewati Pos 2, perjalanan dilanjutkan menuju Pos 3. Perjalanan menuju pos 3 mulai diwarnai dengan tanjakan yang cukup curam. Tanjakan yang curam itu kami berinama "TANJAKAN PENYESALAN", karena ketika anda melihat tanjakan itu anda pasti menyesal karena tanjakan yang tinggi dan cukup panjang, sekitar hampir 500m.

Tanjakan Penyesalan, mati nak...
      Saat melalui tanjakan penyesalan, tenaga kami sangat terkuras, karena selain dingin, kadar oksigen sudah mulai berkurang. Yah, bagaimana lagi, namanya masih pendaki pemula, wajarlah kalo ngos-ngosan, hehe. Untuk mengakalinya, kami lakukan dengan bertahap, setiap 10 langkah kami berhenti dan mengatur nafas dan melanjutkan kembali perjalanan.
     Setelah tanjakan itu, kami beristirahat sebentar, karena sebagian dari kami cukup kelelahan. Sambil memakan beberapa bekal dan minum kami mengatur kembali nafas untuk melanjutkan perjalanan.
     Saat perjalanan dilanjutkan menuju pos 3 (pos terakhir sebelum puncak), ada anggota tim yang merasa tidak enak badan, yaitu Adhan. Sepertinya dia cukup kelelahan, terlihat dari raut wajah yang mulai pucat dan bibirnya terlihat putih. Akhirnya kami memutuskan istirahat sejenak dan mencoba memberi pertolongan dengan memberikan minum dan sedikit makanan padanya, agar cukup untuk memberikan tenaga, setidaknya sampai di Pos 3. Karena hari semakin gelap, kami memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan, dan salah satu orang yang kita anggap sebagai team leader memutuskan untuk memback-up Adhan, dengan bergantian membawa tas si Adhan, agar adhan bisa melanjutkan perjalanan.
     Hari semakin gelap, dan hanya beberapa dari kami yang membawa senter (ternyata saat pengechekan, tetap masih ada yang tertinggal kan), akhirnya kami berjalan berjajar, mulai dari Muchlis (leader) berada didepan, lalu Deny, Ali, Bagus 'doyok', Adhan, Rohman, Saya dan paling belakang ada Radhi. Perjalanan sempat terhenti karena Muclis melihat ada percabangan jalan, dan memutuskan berhenti sejenak untuk berunding dan memilih jalan mana yg diambil. Setelah itu perjalanan dilanjutkan,namun karena kondisi yang cukup melelahkan karena hampir 6 jam lebih kami berjalan, kami menjadi sering berhenti untuk mengatur nafas agar tidak kelelahan.
     Malam semakin dingin, dan kami harus terus berjalan dan bergerak agar badan terasa hangat. Ditengah perjalanan, Radhi meminta untuk berhenti sebentar karena ingin "kencing', dan Tim pun berhenti sambil menunggu radhi. Radhi pun berjalan sendiri agak menjauh dari rombongan, setelah beberapa saat radhi kembali dan meminta untuk segera melanjutkan perjalanan, radhi hanya berkata "onok sing ga beres, ayo ndang mlaku" (baca: ada yang ga' beres, ayo segera jalan). Tim pun bergegas untuk melanjutkan perjalanan, namun saya masi merasa penasaran dengan apa yang dimaksud Radhi tadi, tapi sudahlah, lanjut saja dulu.
     Saat perjalanan dilanjutkan sekitar 20menit, tiba-tiba Muchlis yang berada paling depan meminta deny untuk menggantikannya. Saya pun semakin penasaran dan sedikit merinding, entah ada apa dan apa yang mereka lihat, sepertinya menjadi penyebab dari kondisi yang tidak beres ini.
     Dan akhirnya, sekitar pukul 10 malam, kami sampai di Pos 3, disana terlihat banyak "pondokan" atau gubuk-gubuk yang biasa digunakan oleh penambang belerang untuk menginap. Sebagai informasi, gunung Wlirang merupakan gunung dengan kandungan belerang yang cukup melimpah, karna itu banyak orang yang berprofesi sebagai penambang belerang. Saat kami mencoba mendekat dan melihat isi pondokan ternyata tak ada seorang pun didalam pondokan, dan ada beberapa juga yang tergembok. Mungkin karena ini merupakan hari libur, maka tidak ada penambang yang bermalam disana.
     Setelan berkeliling diarea Pos 3 untuk mencari lokasi yang pas untuk mendirikan tenda, akhirnya diperoleh daerah yang cukup luas dan datar untuk mendirikan tenda. Kami pun dengan segera mendirikan tenda, kami hanya membawa 1 tenda berukuran besar, sehingga cukup untuk menampung kami ber8. Setelah tenda didirikan, beberapa dari kami mengambil air yang ada dimata air (di Pos 3 juga terdapat sumber air yang lokasinya berada dibawah area pondokan) untuk memasak.
     Saat semua sibuk mempersiapkan santap malam, tiba-tiba saya merasa pusing dan menggigil, mungkin karena Hipotermia, akibat belum terbiasa pada perubahan suhu yang menjadi sangat dingin. Akhirnya teman-teman menolong dan mengizinkan saya untuk beristirahat dan mengoleskan balsem dibadan saya untuk menjaga suhu tubuh saya. Setelah beberapa saat saya istirahat, tanpa sadar saya tertidur, dan teman-teman membangunkan saya untuk santap malam. Saat bangun saya sudah merasa enakan dan stabil, mungkin karena tubuh sudah bisa menyesuaikan kondisi sekitar.
     Dan kamipun santap malam, dengan menu nasi dan mie goreng, disini keakraban dengan teman-teman sangat terasa, kami berbagi makanan, dan menyantap makanan sambil bercanda dan bercengkrama. Disela-sela pembicaraan, akhirnya terungkap bahwa yang meyebabkan hal aneh saat perjalan menuju Pos 3 tadi. Yang pertama, saat radhi pipis, radhi melihat ada seperti bayangan seorang wanita berambut panjang dibalik pohon, makanya si Radhi meminta untuk segera melanjutkan perjalanan. Yang kedua, saat Muchlis memita Deny untuk menggantikannya, hal itu karena Muchlis melihat "mungkin makhluk halus" sesosok orang tua duduk ditengah jalan yang kami lewati. Memang menurut sebagian orang, daerah Gunung Wlirang terkenal cukup angker, banyak cerita-cerita dan fenomena mistis yang terjadi pada saat pendakian. Mulai dari cerita adanya bunyi-bunyian gamelan saat malam hari dan cerita lainnya.
     Sebagai peringatan saat mendaki, hendaknya kita harus tetap menjaga etika dialam bebas, mulai dari menjaga perkataan, tingkah laku dan selalu fokus, dan jangan sampai pikiran kosong. Ada baiknya saat kita ingin buang hajat dialam, sebaiknya "kulonuwun" atau permisi dahulu, hal itu setidaknya untuk menjaga agar makhluk ciptaan Allah yang tak terlihat oleh kasat mata itu tidak mengganggu kita.
     Setelah selesai santap malam, kami pun merapikan barang-barang dan bersiap untuk tidur. Ada cobaan lagi saat kami terlelap, tiba-tiba terjadi hujan yang cukup deras, dan cukup menjadi hal yang membuat kurang nyaman, karena tenda kami terdapat rembesan air dan bentuk tenda sedikit berubah, saking derasnya hujan. Bebera dari kami keluar untuk membetulkan tenda, dan kembali tidur.
     Setelah cukup lama beristirahat, terlihat sekitar semakin terang, pertanda pagi sudah menjelang, beberapa anggota tim terbangun dan keluar dari tenda. Dengan masih kedinginan dan sedikit menggigil, kami keluar dari tenda satu persatu untuk menghirup segarnya udara pegunungan yang tidak akan mungkin ditemukan di Kota Surabaya tempal kami tinggal.
    Setelah cukup untuk menikmati udara segar, tim kembali sibuk untuk mempersiapkan sarapan pagi sebagai pengisi tenaga sebelum menuju puncak. Menu sarapan kami sama seperti semalam, cukup dengan nasi dan mie, itu adalah hal istimewa jika dimakan digunung. Setelah sarapan, dengan penuh semangat untuk menuju puncak Wlirang, kami merapikan tenda dan segala perlengkapan makan dan membersihkan sampah-sampah yang kami hasilkan, karena kita harus tetap menjaga kebersihan alam.
     Dan ketika asik merapikan tenda dan lainnya, ada satu hal yang membuat turun semangat yang tadinya menggebu-gebu untuk menuju puncak. Ya, salah satu dari kami yaitu Adhan, memutuskan untuk tinggal ditenda dan tidak ikut kepuncak dengan alasan sakit. Terjadi perdebatan sengit antara beberapa anggota dan adhan, hal itu karena untuk mencapai puncak, hanya tinggal sedikit lagi, sekitar 2 jam perjalanan, namun Adhan bersikeras tidak ingin melanjutkan perjalanan. Tim akhirnya berunding, tim bertujuan kepuncak, namun kami juga tidak mungkin untuk meninggalkan Adhan sendirian ditenda, karena kami semua baru pertama kali mendaki, dan tidak berani meninggalkan salah satu dari kami. Setelah diskusi dan debat yang cukup sengit, dengan sedikit kecewa, tim memutuskan "SATU GA' MUNCAK, GA MUNCAK SEMUA, SATU TURUN, TURUN SEMUA". Hal ini cukup mengecewakan kami, karena perjalanan kami tinggal sedikit lagi sampai dipuncak. 
     Setelah keputusan untuk turun tadi, tim akhirnya bersiap untuk kembali turun. Memang kami melihat Adhan terlihat pucat dan lemas, akhirnya demi kebersamaan, kami pun bersiap untuk turun. Sebelum turun kami pun berdoa untuk keselamatan selama perjalanan turun dan pastinya ritual foto ga' pernah ketinggalan.
Foto Full Team (berdiri dari kiri : Bagus, Deny, Adhan, Ali, Radhi, Saya, Muchlis, dan yang duduk : Rohman)
    Foto diatas merupakan foto sebelum kami turun, dan akhirnya bisa foto full team dengan latar pondokan penambang belerang.
     Setelah merasa cukup untuk berfoto-foto, kami pun bergegas untuk turun agar tidak terlalu malam sapai di Pos Perijinan, perjalanan diperkirakan akan memakan waktu sekitar 8-9 jam, lebih cepat dari waktu tempu saat naik, karena saat turun, kami dapat berjalan lebih cepat.
Jalanan yang berbatu dan cukup licin dan berbahaya
      Saat perjalanan menuju Pos 2 pun kami sempat berfoto dengan alam sekitar yang udaranya masih sangat alami. Ini merupakan beberapa foto saat perjalanan turun kami.
Perjalanan turun melewati jalan berbatu
Nelpon dulu ah, mumpung nemu sinyal..
Biar belum mandi, yang penting pose dulu..
Awas kepleset om Radhi
     Setelah perjalanan kira-kira 3 jam, kami sampai di Pos 2, disitu kami mendengan seperti ada gemercik air, dan ternyata disekitar Pos 2 ada mini waterfall alian air terjun mini yang cukup lah kira-kira untuk kami bermain air dan yang pasti buat mandi, karena dari kemarin belum mandi (kebayang kan baunya, hehe).
Nah pose dulu didepan "mini Waterfall"
Pose Sebelum Nyebur
Pose dulu lah, seger-seger (obsesi L-MAN of The Year, haha)
Yang ini saya aga ga' paham, om Ali lagi nyari wangsit kayaknya
     Setelah puas berendam dan memberishkan badan, kami pun bersiap melanjutkan perjalanan, karena perjalanan masi sekitar 5 jam lagi untuk sampai di Pos Perijinan.
     Disela-sela perjalanan kami sempat beristirahat beberapa kali, karena memang badan kami sangat lelah, wajar masih pendaki amatiran..haha. 
Wajah-wajah putus asa karena kecapean
     dan sekali lagi kami tak kuat melangkahkan kaki dan jreng-jreng ada yang sampe ketiduran...
Turu sek, biar ga lemes..
     Biarpun dibatu yang keras san tajam-tajam, kalo udah capek mah tidur aja, serasa dikasur...
     Dan perjalanan dilanjutkan, sekitar 5 jam kami sampai di Pos Perijinan, kami segera mencari warung untuk sekedar beristirahan, makan dan ngopi-ngopi sebentar sebelum melanjutkan perjalanan menuju Surabaya.

Satu hal yang menjadi pelajaran di pendakian pertama ini, ada baiknya kita mempersiapkan fisik dan mental sebelum melakukan pendakian. Kebersamaan adalah kunci kesuksesan dalan proses pendakian, dan satu hal yang paling penting yaitu momen-momen ini akan menjadi kenangan yang bisa kita ceritakan lagi nanti saat kita bertemu lagi dan bisa jadi cerita untuk anak dan cucu kita nanti.

Wassalam..

Thanks to all my friend :
- Muchlis
- Adhan Anugrah
- Bagus 'doyok' Hariadi
- M. Ali Sulton
- Rohman
- Radhi Satrio
- Deni 'tuek' Yayan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar